BAHAYA FISIKA DAN BAHAYA BIOLOGO
Tugas Matakuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dosen: paramytha m.s.p. M.Skm. M.kes

Kelompok 5:
Firda Shofia Darmayanti
(2016121014)
Winarti (2016121009)
Maeda nandita yuda (2016121005)
USAHID SURAKARTA
2017
BAHAYA FISIKA DAN BAHAYA BIOLOGI
A.
BAHAYA FISIKA
Faktor fisik
adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lainkebisingan,
penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultraungu.
Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi
atau produk samping yang tidak diinginkan. (sumber Buku Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja ILO)
1.
Definisi
Getaran
Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating),
memantul ke atas dan ke bawah atau ke belakang dan ke
depan. Gerakan tersebut terjadi secara teratur dari benda atau
media dengan arah bolak balik dari kedudukannya.Hal tersebut dapat berpengaruh
negatif terhadap semua atau sebagian dari tubuh. (sumber Buku Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja ILO)
Dampak Getaran Bagi Kesehatan Dan
Lingkungan
Dampak getaran yang berasal dari industri berat ataupun bangunan bertingkat
dengan pancang tiang, yang cukup jauh dan dalam menusuk perut bumi, bagi
kesehatan manusia memang tak secara langsung, namun bila kita cermati fenomena
yang saat ini terjadi adanya penurunan permukaan tanah pada area prumahan
perkotaan, tanpa disadari jalan dan bangunan rumah bisa terjadi keretakan,
terjadi proses keretakan akibat getaran dari atas bumi terus berjalan dan ini
akan merusak berbagai bangunan yang ada, dan secara tak langsung akan
mengganggu lingkungan yang ada dan akhirnya kesehatan manusia juga yang
akan terancam.
Sementara getaran mekanis secara langsung bisa dirasakan oleh individu atau
pekerja pada lokasi industri, yaitu melalui getaran mesin-mesin yang bekerja
lalu terjadi perambatan pada individu melalui kaki pada tanah, ataupun kontak
langsung melalui tangan ( misal sebagai operator teknis dalam industri
tsersebut), dan bagi pekerja yang demikian bila terjadi secara kontinu akan
berpengaruh pada peradangan kulit, gangguan syaraf dan gangguan persendian pada
tulang.
NAB
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor
: KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di
tempat Kerja, untuk Getaran adalah :
Lama Pemaparan
|
Acceleration ( m/dtk2 )
|
4-8 Jam
|
4
|
2-4 Jam
|
6
|
1-2 Jam
|
8
|
< 1 Jam
|
12
|
Cara Mengatasi
Cara Pengendalian Getaran Di Tempat Kerja
1.
Pengendalian secara teknis
Menggunakan
peralatan kerja yang rendah intensitasnya(dilengkapi dengan damping/peredam).
Menambah/menyisipkan
damping diantara tangan dan alat, misalnya membalut pegangan alat dengan karet.
Memelihara/merawat
peralatan dengan baik
Dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberi pelumasan.
Dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberi pelumasan.
Meletakkan
peralatan dengan teratur.
Alat yang diletakkan di atas meja yang tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di sekelilingnya.
Alat yang diletakkan di atas meja yang tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di sekelilingnya.
Menggunakan remote control.
Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan dari jauh.
Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan dari jauh.
2.
Pengendalian Secara
Administrative
Yaitu
dengan Cara mengatur waktu kerja, misalnya:
Merotasi
pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan oleh 3 orang,
maka
dengan mengacu pada NAB yang ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai
salah seorang, tetapi bergantian.
Mengurangi
jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku.
3.
Pengendalian Secara Medis
Pada saat
awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun sekali. Sedangakan untuk
kasus yang berlanjut, maka interval yang diambil adalah 2-3 tahun sekali.
4.
Pemakaian Alat Pelindung
Diri (Apd)
Pengurangan
paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi
peredam getar (busa).
Jenis-Jenis Getaran
Getaran seluruh badan ( whole body vibration)
Getaran pada tangan dan lengan (hand and arm vibration)
: Sucofindo. 2001.Buku Saku K3.PT (Persero) Sucofindo. Jakarta.
Sumamur, PK. 1993. Hygiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja.CV. Haji Masagung Jakarta.
Cara Mengatasi
Mengendalikan getaran pada sumbernya dengan mendesain ulang
peralatan untuk
memasang penyerap getaran atau peredam kejut.
Bila getaran disebabkan oleh mesin besar, pasang penutup lantai
yang bersifat
menyerap getaran di workstation dan gunakan alas kaki dan sarung
tangan yang
menyerap kejutan , meskipun itu kurang efektif dibanding di atas.
Ganti peralatan yang lebih tua dengan model bebas getaran baru.
Batasi tingkat getaran yang dirasakan oleh pengguna dengan
memasang peredam
getaran pada pegangan dan kursi kendaraan atau sistem remote
control.
Menyediakan alat pelindung diri yang sesuai pada pekerja yang
mengoperasikan
mesin bergetar, misalnya sarung tangan yang bersifat menyerap getaran
(dan
pelindung telinga untuk kebisingan
yang menyertainya.)
(sumber Buku Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja ILO)
2.
Definisi
Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alatalat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras,
berlebihan atau berkepanjangan dapat merusak jaringan saraf sensitif di
telinga, menyebabkan kehilangan pendengaran sementara atau permanen. Hal ini
sering diabaikan sebagai masalah kesehatan, tapi itu adalah salah satu bahaya
fisik utama. Batasan pajanan terhadap kebisingan ditetapkan nilai ambang batas
sebesar 85 dB selama 8 jam sehari.
(sumber Buku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
ILO)
Jenis-Jenis Kebisingan
Menurut
Suma’mur PK (1996:58) jenis–jenis kebisingan yang sering ditemukan
adalah:
a.
Kebisingan
yang kontinyu dengan spektrum frekuensi luas, seperti mesinmesin, kipas
angin,dapur pijar dan lain-lain.
b.
Kebisingan
kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit, misalnya gergaji sirkuler, katup gas
dan lain-lain.
c.
Kebisingan
terputus-putus (intermittent) seperti lalulintas, suara kapal terbang
dilapangan udara
d.
Kebisingan
impulsif, misalnya pukulan tukul, tembakan bedil, ledakan.
e. Kebisingan impulsif berulang seperti mesin
tempa di perusahaan
(jurnalk3.com
› Kesehatan Kerja › Faktor Fisik)
Akibat
Kebisingan
Bising
merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan berbagai
gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi
dan ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory,
misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti
gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja,
stres dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja
dijelaskan sebagai berikut:
a. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
b. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
c. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
d. Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
e. Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.
Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :
a. Tuli sementara
(Temporaryt Treshold Shift =TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.
b. Tuli Menetap (Permanent
Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
·
Tingginya level suara
·
Lama paparan
·
Spektrum suara
·
Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi
TTS akan lebih besar
·
Kepekaan individu
·
Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh
synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya
quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya
·
Keadaan Kesehatan
3. Trauma Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh
alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa
pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau
suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan
gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia
merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis
(menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika
menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.
Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran .
Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan
tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat
tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).
Pada Intinya adalah bahwa kesehatan pendengaran kita haruslah dijaga dan
dilindungi. Perusahaan ataupun instansi tertentu yang menghasilkan tingkat
kebisingan yang tinggi harus mamantau paparan kebisingan dan
memfasilitasi APD pada setiap karyawannya untuk mengurangi dampak
dari penyakit akibat kerja.
NAB
Nilai Ambang Batas Kebisingan
Nilai ambang Batas Kebisingan
adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila
bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di
tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang
tetap untuk waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam
seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut
No.
|
TINGKAT KEBISINGAN (dBA)
|
PEMAPARAN
HARIAN
|
1.
|
85
|
8 jam
|
2.
|
88
|
4 jam
|
3.
|
91
|
2 jam
|
4.
|
94
|
1 jam
|
5.
|
97
|
30 menit
|
6.
|
100
|
15 menit
|
Sumber:
Ambar, Pencemaran Udara, 1999
Nasri, Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di
Tempat Kerja, 1997
Sastrowinoto, Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara Dan Bising Dari
SaranaTransportasi, 1985
Cara Mengatasi
·
Identifikasi sumber
umum penyebab kebisingan, seperti mesin, system ventilasi, dan alat-alat
listrik. Tanyakan kepada pekerja apakah mereka memiliki masalah yang terkait
dengan kebisingan.
Melakukan inspeksi
tempat kerja untuk pajanan kebisingan. Inspeksi mungkin harus dilakukan pada
waktu yang berbeda untuk memastikan bahwa semua sumbersumber kebisingan
teridentifikasi.
Terapkan 'rule
of thumb' sederhana jika sulit untuk melakukan percakapan, tingkat
kebisingan mungkin melebih batas aman.
Tentukan sumber
kebisingan berdasarkan tata letak dan identifikasi para pekerja yang mungkin
terekspos kebisingan
Identifikasi
kontrol kebisingan yang ada dan evaluasi efektivitas pengendaliannya
Setelah tingkat
kebisingan ditentukan, alat
pelindung diri
seperti penutup telinga (earplug dan earmuff) harus disediakan dan
dipakai oleh pekerja di lokasi yang mempunyai tingkat kebisingan tidak dapat
dikurangi.
Dalam kebanyakan
kasus, merotasi
pekerjaan juga dapat
membantu mengurangi tingkat paparan kebisingan.
(sumber Buku Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja ILO)
3.
Pencahayaan
Pencahayaan
adalah salah satu pelajaran penting ketika kita belajar mengenai Desain
Interior dan Dekorasi nya, tapi apa itu pencahayaan?Definisi Pencahayaan adalah sebagai penerangan rumah atau bangunan kita agar kita dapat merasakan kenyamanan dalam beraktivitas baik di dalam maupun diluar.
Contoh penggunaan pencahayaan di dalam bangunan seperti untuk mengerjakan aktivitas membaca, menulis, melihat sekeliling dan sebagainya, dapat dibuat dengan desain penerangan umum (General Lighting). Namun apabila penggunaan pencahayaan digunakan untuk aktivitas efek visualisasi, display, estetika, karya seni (lukisan, patung, dll) sering disebut desain pencahayaan khusus (Special Lighting).
(www.channelighting.com/pencahayaan/)
Jenis Jenis Penerangan
Ada dua jenis pencahayaan
yang bisa digunakan dalam pembuatan film, baik fiksi maupun non fiksi (seperti
dokumenter). Jenis pencahayaan tersebut yakni artificial light (jelasnya ada di
tulisan saya sebelumnya) serta available light. Available light adalah
pencahayaan dengan memanfaatkan sumber cahaya yang ada. Available light di
antaranya cahaya matahari, cahaya lampu yang ada di rumah, cahaya bulan, dan
cahaya lampu di jalan. Jadi, available light berkaitan sumber cahaya yang sudah
tersedia dan bagaimana agar sumber cahaya tersebut bisa digunakan untuk
menyinari obyek. Jika hanya ada satu sumber pencahayaan, maka dipastikan itu
sebagai pencahayaan utama atau keylight
(enjoy-holic.blogspot.com/2010/10/1.html)
Akibat Pencahayaan
EFEK
ATAU DAMPAK DARI PENERANGAN YANG KURANG BAIK
Penerangan yang tidak baik akan menyebabkan tenaga kerja mengalami kesulitan dalam melihat obyek yang dikerjakannya dengan jelas. Hal ini selain akan menyebabkan tenaga kerja lamban dalam melaksanakan pekerjaanya juga akan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Selain itu penerangan di tempat kerja yang kurang baik akan menyebabkan tenaga kerja mengeluarkan upaya yang berlebihan dari indera penglihatannya, misalnya dengan lebih mendekatkan indera penglihatannya terhadap obyek yang dikerjakannya, ini berarti akomodasi lebih dipaksakan.
Hal ini akan dapat lebih memudahkan timbulnya kelelahan mata yang ditandai dengan terjadinya penglihatan rangkap dan kabur, mata berair dan disertai perasaan sakit kepala disekitar mata. Selain itu kelelahan mata yang berlangsung agak lama akan dapat menimbulkan terjadinya kelelahan mental yang ditandai dengan gejala-gejalanya meliputi sakit kepala dan penurunan intelektual, daya konsenrrasi dan kecepatan berfikir. Lebih lanjut semua itu akan dapat menyebabkan kerusakan pada indra penglihatan yang lebih parah.
Menurut Grandjean (1993) penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan dampak, yaitu:
1. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.
2. Kelelahan mental.
3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
4. Kerusakan indra mata dan lain-lain.
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada penurunan performansi kerja, sebagai berikut:
1. Kehilangan produktivitas
2. Kualitas kerja rendah
3. Banyak terjadi kesalahan
4. Kecelakan kerja meningkat
Intensitas penerangan yang dibutuhkan di masing-masing tempat kerja ditentukan dan jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat ketelitian suatu pekerjaan, maka akan semakin besar kebutuhan intensitas penerangan yang diperlukan, demikian pula sebaliknya. Standar penerangan di Indonesia telah ditetapkan seperti tersebut dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964, Tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan dan penerangan di tempat kerja. Standar penerangan yang ditetapkan untuk di Indonesia tersebut secara garis besar hampir sama dengan standar internasional. Sebagai contoh di Australia menggunakan standar AS 1680 untuk ‘Interior Lighting‘ yang mengatur intensitas penerangan sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaannya.
Penerangan yang tidak baik akan menyebabkan tenaga kerja mengalami kesulitan dalam melihat obyek yang dikerjakannya dengan jelas. Hal ini selain akan menyebabkan tenaga kerja lamban dalam melaksanakan pekerjaanya juga akan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Selain itu penerangan di tempat kerja yang kurang baik akan menyebabkan tenaga kerja mengeluarkan upaya yang berlebihan dari indera penglihatannya, misalnya dengan lebih mendekatkan indera penglihatannya terhadap obyek yang dikerjakannya, ini berarti akomodasi lebih dipaksakan.
Hal ini akan dapat lebih memudahkan timbulnya kelelahan mata yang ditandai dengan terjadinya penglihatan rangkap dan kabur, mata berair dan disertai perasaan sakit kepala disekitar mata. Selain itu kelelahan mata yang berlangsung agak lama akan dapat menimbulkan terjadinya kelelahan mental yang ditandai dengan gejala-gejalanya meliputi sakit kepala dan penurunan intelektual, daya konsenrrasi dan kecepatan berfikir. Lebih lanjut semua itu akan dapat menyebabkan kerusakan pada indra penglihatan yang lebih parah.
Menurut Grandjean (1993) penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan dampak, yaitu:
1. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.
2. Kelelahan mental.
3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
4. Kerusakan indra mata dan lain-lain.
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada penurunan performansi kerja, sebagai berikut:
1. Kehilangan produktivitas
2. Kualitas kerja rendah
3. Banyak terjadi kesalahan
4. Kecelakan kerja meningkat
Intensitas penerangan yang dibutuhkan di masing-masing tempat kerja ditentukan dan jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat ketelitian suatu pekerjaan, maka akan semakin besar kebutuhan intensitas penerangan yang diperlukan, demikian pula sebaliknya. Standar penerangan di Indonesia telah ditetapkan seperti tersebut dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964, Tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan dan penerangan di tempat kerja. Standar penerangan yang ditetapkan untuk di Indonesia tersebut secara garis besar hampir sama dengan standar internasional. Sebagai contoh di Australia menggunakan standar AS 1680 untuk ‘Interior Lighting‘ yang mengatur intensitas penerangan sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaannya.
(Departemen Kesehatan. Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002. www.depkes.go.id
Hicks, Charles. Fundamental Concepts in the Design of Experiments.Florida : Saunders College Publishing. 1993.)
Hicks, Charles. Fundamental Concepts in the Design of Experiments.Florida : Saunders College Publishing. 1993.)
(Daftar pustaka
http//google.com>>>>>>pengendalian penerangan di tempat kerja
http://www.mercubuana.ac.id/)
http://www.mercubuana.ac.id/)
4.
Iklim Kerja
Definisi
Iklim Kerja
Ketika suhu berada di
atas atau di bawah batas normal, keadaan ini memperlambat pekerjaan. Ini adalah
respon alami dan fisiologis dan merupakan salah satu alasan mengapa sangat
penting untuk mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan kelembaban ditempat
kerja. Faktorfaktor ini secara signifikan dapat berpengaruh pada efisiensi dan
produktivitas individu pada pekerja. Sirkulasi udara bersih di ruangan tempat
kerja membantu untuk memastikan lingkungan kerja yang sehat dan mengurangi
pajanan bahan kimia. Sebaliknya, ventilasi yang kurang sesuai dapat:
mengakibatkan
pekerja kekeringan atau kelembaban yang berlebihan;
menciptakan
ketidaknyamanan bagi para pekerja;
mengurangi konsentrasi
pekerja, akurasi dan perhatian mereka untuk praktek kerja yang aman.
Agar tubuh manusia
berfungsi secara efisien, perlu untuk tetap berada dalam kisaran suhu normal.
Untuk itu diperlukan iklim kerja yang sesuai bagi tenaga kerja saat melakukan pekerjaan.
Iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara dan
panas radiasi dengan tingkat panas dari tubuh tenaga kerja
sebagai akibat dari
pekerjaannya. Iklim kerja berdasarkan suhu dan kelembaban ditetapkan dalam Kepmenaker
No
51 tahun 1999 diatur
dengan memperhatikan perbandingan waktu kerja dan waktu
istirahat setiap hari
dan berdasarkan beban kerja yang dimiliki tenaga kerja saat bekerja (ringan,
sedang dan berat).
(sumber Buku Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja ILO)
Cara
Mengatasi
Ø Pastikan
bahwa posisi dinding dan pembagi ruangan tidak membatasi aliran udara;
Ø Sediakan
ventilasi yang mengalirkan udara di tempat kerja, tanpa meniup langsung pada
mereka yang bekerja dekat itu;
Ø Mengurangi
beban kerja fisik mereka yang bekerja dalam kondisi panas dan memastikan mereka
memiliki air dan istirahat yang cukup.
(sumber Buku Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja ILO)
B. BAHAYA BIOLOGI
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu
organik yang berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus,
bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti
produk serat alam yang terdegradasi.
Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang
menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi
dapat dibagi lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik.
Ø
Bahaya infeksi
Penyakit
akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang potensial
mengalaminya : pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga
binatang, dokter hewan dll.
Contoh :
Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia,
psittaci
Ø
Bahaya Non-Infeksi
1)
Organisme viable dan racun biogenic.
Organisme
viable termasuk di dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun biogenik
termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
Perkembangan
produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana
mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja
pada sewage & sludge treatment, dll.
Contoh :
Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire’s disease
2)
Alergi Biogenik
·
Termasuk didalamnya adalah: jamur,
animal-derived protein, enzim
·
Bahan alergen dari pertanian berasal
dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan protein dari urine dan
feaces binatang.
·
Bahan-bahan alergen pada industri
berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses
pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur
jaringan).
·
Pada orang yang sensitif, pemajanan
alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau
asma.
Contoh :
Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
v Virus
Virus
mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus
harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh
virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.
v Bakteri
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
v Jamur
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
v Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain. Berbagai jenis nyamuk, sebagai contoh, berperan sebagai vektor penyakit malaria yang mematikan. Pengertian tradisional dalam kedokteran ini sering disebut "vektor biologi" dalam epidemiologi dan pembicaraan umum. Dalam terapi gen, virus dapat dianggap sebagai vektor jika telah di-rekayasa ulang dan
digunakan untuk mengirimkan suatu gen ke sel targetnya.
"Vektor" dalam pengertian ini berfungsi sebagai kendaraan untuk
menyampaikan materi genetik seperti DNA ke suatu
sel. https://id.wikipedia.org/wiki/Virus
v Infeksi
Penyakit
akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang potensial
mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga
binatang, dokter hewan dll.
Contoh :
Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia,
psittaci
DAFTAR PUSTAKA
Silalahi, B. N. B. 1991. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
PT Pustaka Binaman Presindo. Jakarta.
Suma’mur PK. 1993. Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Cetakan
ke-9. CV Haj i Hasagung. Jakarta.
Suma’mur.
Sejarah dan Hari Depan Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja in : Higene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung Agung. Jakarta. 1996. p:22-25.
Thalib, D.
Higene Perusahaan-Industrial Hygiene in: Kebijakan Keseamatan dan Kesehatan
Kerja Pertamina. Jakarta. p:1-21.
Buraena, S.
Program Kesehatan Lingkungan in: Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. 2004. p:1-5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar