Jumat, 31 Maret 2017



BAHAYA FISIKA DAN BAHAYA BIOLOGO
Tugas Matakuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dosen: paramytha m.s.p. M.Skm. M.kes


LOGO UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA.png
Kelompok 5:
 Firda Shofia Darmayanti (2016121014)
Winarti (2016121009)
Maeda nandita yuda (2016121005)



USAHID SURAKARTA
 2017



BAHAYA FISIKA DAN BAHAYA BIOLOGI
A.  BAHAYA FISIKA
Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara lainkebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultraungu. Faktor-faktor ini mungkin bagian tertentu yang dihasilkan dari proses produksi atau produk samping yang tidak diinginkan. (sumber Buku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ILO)

1.      Definisi Getaran
Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating),
memantul ke atas dan ke bawah atau ke belakang dan ke
depan. Gerakan tersebut terjadi secara teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukannya.Hal tersebut dapat berpengaruh negatif terhadap semua atau sebagian dari tubuh. (sumber Buku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ILO)

             Dampak Getaran Bagi Kesehatan Dan Lingkungan
Dampak getaran yang berasal dari industri berat ataupun bangunan bertingkat dengan pancang tiang, yang cukup jauh dan dalam menusuk perut bumi, bagi kesehatan manusia memang tak secara langsung, namun bila kita cermati fenomena yang saat ini terjadi adanya penurunan permukaan tanah pada area prumahan perkotaan, tanpa disadari jalan dan bangunan rumah bisa terjadi keretakan, terjadi proses keretakan akibat getaran dari atas bumi terus berjalan dan ini akan merusak berbagai bangunan yang ada, dan secara tak langsung akan mengganggu lingkungan yang ada dan akhirnya  kesehatan manusia juga yang akan terancam.
Sementara getaran mekanis secara langsung bisa dirasakan oleh individu atau pekerja pada lokasi industri, yaitu melalui getaran mesin-mesin yang bekerja lalu terjadi perambatan pada individu melalui kaki pada tanah, ataupun kontak langsung melalui tangan ( misal sebagai operator teknis dalam industri tsersebut), dan bagi pekerja yang demikian bila terjadi secara kontinu akan berpengaruh pada peradangan kulit, gangguan syaraf dan gangguan persendian pada tulang. 

NAB
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 tentang  Nilai Ambang Batas  Faktor Fisika di tempat Kerja, untuk Getaran adalah :
Lama Pemaparan
Acceleration  ( m/dtk)
4-8 Jam
4
2-4 Jam
6
1-2 Jam
8
< 1 Jam
12


Cara Mengatasi
 Cara Pengendalian Getaran Di Tempat Kerja
1.      Pengendalian secara teknis
  Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitasnya(dilengkapi dengan damping/peredam).
  Menambah/menyisipkan damping diantara tangan dan alat, misalnya membalut pegangan alat dengan karet.
  Memelihara/merawat peralatan dengan baik
Dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberi pelumasan.
  Meletakkan peralatan dengan teratur.
Alat yang diletakkan di atas meja yang tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di sekelilingnya.
  Menggunakan remote control.
Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan dari jauh.

2.      Pengendalian Secara Administrative
Yaitu dengan Cara mengatur waktu kerja, misalnya:
  Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan oleh 3 orang,
maka dengan mengacu pada NAB yang ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai salah seorang, tetapi bergantian.
  Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku.

3.      Pengendalian Secara Medis
Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun sekali. Sedangakan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang diambil adalah 2-3 tahun sekali.

4.      Pemakaian Alat Pelindung Diri (Apd)
Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).
Jenis-Jenis Getaran
Getaran seluruh badan ( whole body vibration)
Getaran pada tangan dan lengan (hand and arm vibration)
 : Sucofindo. 2001.Buku Saku K3.PT (Persero) Sucofindo. Jakarta.
Sumamur, PK. 1993. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.CV. Haji Masagung Jakarta.
Cara Mengatasi
 Mengendalikan getaran pada sumbernya dengan mendesain ulang peralatan untuk
memasang penyerap getaran atau peredam kejut.
 Bila getaran disebabkan oleh mesin besar, pasang penutup lantai yang bersifat
menyerap getaran di workstation dan gunakan alas kaki dan sarung tangan yang
menyerap kejutan , meskipun itu kurang efektif dibanding di atas.
 Ganti peralatan yang lebih tua dengan model bebas getaran baru.
 Batasi tingkat getaran yang dirasakan oleh pengguna dengan memasang peredam
getaran pada pegangan dan kursi kendaraan atau sistem remote control.
 Menyediakan alat pelindung diri yang sesuai pada pekerja yang mengoperasikan
mesin bergetar, misalnya sarung tangan yang bersifat menyerap getaran (dan
pelindung telinga untuk kebisingan yang menyertainya.)
(sumber Buku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ILO)
2.      Definisi Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alatalat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras, berlebihan atau berkepanjangan dapat merusak jaringan saraf sensitif di telinga, menyebabkan kehilangan pendengaran sementara atau permanen. Hal ini sering diabaikan sebagai masalah kesehatan, tapi itu adalah salah satu bahaya fisik utama. Batasan pajanan terhadap kebisingan ditetapkan nilai ambang batas sebesar 85 dB selama 8 jam sehari.
 (sumber Buku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ILO)

 Jenis-Jenis Kebisingan
                  Menurut Suma’mur PK (1996:58) jenis–jenis kebisingan yang sering ditemukan
                  adalah:
a.       Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi luas, seperti mesinmesin, kipas angin,dapur pijar dan lain-lain.
b.      Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit, misalnya gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain.
c.       Kebisingan terputus-putus (intermittent) seperti lalulintas, suara kapal terbang dilapangan udara
d.      Kebisingan impulsif, misalnya pukulan tukul, tembakan bedil, ledakan.
e.       Kebisingan impulsif berulang seperti mesin tempa di perusahaan
(jurnalk3.com › Kesehatan Kerja › Faktor Fisik)
Akibat Kebisingan
Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi, ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut:
a.        Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
b.       Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
c.        Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
d.       Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
e.        Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.
Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat dibagi atas :
a.       Tuli sementara (Temporaryt Treshold Shift =TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali.
b.      Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis), besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :
·         Tingginya level suara
·         Lama paparan
·         Spektrum suara
·         Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan lebih besar
·         Kepekaan individu
·         Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan dapat memperberat (pengaruh synergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengan kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan beberapa obat lainnya
·         Keadaan Kesehatan
3. Trauma Akustik
Trauma akustik adalah setiap perlukaan yamg merusak sebagian atau seluruh alat pendengaran yang disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan usia merupakan gejala yang dialami hampir semua orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar akibat pajanan bising ditempat kerja.



 Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya gangguan pendengaran . Gejala yang ditimbulkan yaitu telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).
Pada Intinya adalah bahwa kesehatan pendengaran kita haruslah dijaga dan dilindungi. Perusahaan ataupun instansi tertentu yang menghasilkan tingkat kebisingan yang tinggi harus mamantau paparan kebisingan dan memfasilitasi APD  pada setiap karyawannya untuk mengurangi dampak dari penyakit akibat kerja.
 NAB
Nilai Ambang Batas Kebisingan
Nilai ambang Batas Kebisingan adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut
No.
TINGKAT KEBISINGAN (dBA)
PEMAPARAN
HARIAN
1.
85
8 jam
2.
88
4 jam
3.
91
2 jam
4.
94
1 jam
5.
97
30 menit
6.
100
15 menit
Sumber:
Ambar, Pencemaran Udara, 1999
Nasri, Teknik Pengukuran dan Pemantauan Kebisingan di Tempat Kerja, 1997
Sastrowinoto, Penanggulangan Dampak Pencemaran Udara Dan Bising Dari SaranaTransportasi, 1985
Cara Mengatasi
·                     Identifikasi sumber umum penyebab kebisingan, seperti mesin, system ventilasi, dan alat-alat listrik. Tanyakan kepada pekerja apakah mereka memiliki masalah yang terkait dengan kebisingan.
 Melakukan inspeksi tempat kerja untuk pajanan kebisingan. Inspeksi mungkin harus dilakukan pada waktu yang berbeda untuk memastikan bahwa semua sumbersumber kebisingan teridentifikasi.
 Terapkan 'rule of thumb' sederhana jika sulit untuk melakukan percakapan, tingkat kebisingan mungkin melebih batas aman.
 Tentukan sumber kebisingan berdasarkan tata letak dan identifikasi para pekerja yang mungkin terekspos kebisingan
 Identifikasi kontrol kebisingan yang ada dan evaluasi efektivitas pengendaliannya
 Setelah tingkat kebisingan ditentukan, alat
pelindung diri seperti penutup telinga (earplug dan earmuff) harus disediakan dan dipakai oleh pekerja di lokasi yang mempunyai tingkat kebisingan tidak dapat dikurangi.
 Dalam kebanyakan kasus, merotasi
pekerjaan juga dapat membantu mengurangi tingkat paparan kebisingan.
(sumber Buku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ILO)
3. Pencahayaan
 Pencahayaan adalah salah satu pelajaran penting ketika kita belajar mengenai Desain  Interior dan Dekorasi nya, tapi apa itu pencahayaan?
Definisi Pencahayaan adalah sebagai penerangan rumah atau bangunan kita agar kita dapat merasakan kenyamanan dalam beraktivitas baik di dalam maupun diluar.
Contoh penggunaan pencahayaan di dalam bangunan seperti untuk mengerjakan aktivitas membaca, menulis, melihat sekeliling dan sebagainya, dapat dibuat dengan desain penerangan umum (General Lighting). Namun apabila penggunaan pencahayaan digunakan untuk aktivitas efek visualisasi, display, estetika, karya seni (lukisan, patung, dll) sering disebut desain pencahayaan khusus (Special Lighting).
(www.channelighting.com/pencahayaan/)
 Jenis Jenis Penerangan
Ada dua jenis pencahayaan yang bisa digunakan dalam pembuatan film, baik fiksi maupun non fiksi (seperti dokumenter). Jenis pencahayaan tersebut yakni artificial light (jelasnya ada di tulisan saya sebelumnya) serta available light. Available light adalah pencahayaan dengan memanfaatkan sumber cahaya yang ada. Available light di antaranya cahaya matahari, cahaya lampu yang ada di rumah, cahaya bulan, dan cahaya lampu di jalan. Jadi, available light berkaitan sumber cahaya yang sudah tersedia dan bagaimana agar sumber cahaya tersebut bisa digunakan untuk menyinari obyek. Jika hanya ada satu sumber pencahayaan, maka dipastikan itu sebagai pencahayaan utama atau keylight
(enjoy-holic.blogspot.com/2010/10/1.html)
Akibat Pencahayaan
EFEK ATAU DAMPAK DARI PENERANGAN YANG KURANG BAIK
Penerangan yang tidak baik akan menyebabkan tenaga kerja mengalami kesulitan dalam melihat obyek yang dikerjakannya dengan jelas. Hal ini selain akan menyebabkan tenaga kerja lamban dalam melaksanakan pekerjaanya juga akan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Selain itu penerangan di tempat kerja yang kurang baik akan menyebabkan tenaga kerja mengeluarkan upaya yang berlebihan dari indera penglihatannya, misalnya dengan lebih mendekatkan indera penglihatannya terhadap obyek yang dikerjakannya, ini berarti akomodasi lebih dipaksakan.
Hal ini akan dapat lebih memudahkan timbulnya kelelahan mata yang ditandai dengan terjadinya penglihatan rangkap dan kabur, mata berair dan disertai perasaan sakit kepala disekitar mata. Selain itu kelelahan mata yang berlangsung agak lama akan dapat menimbulkan terjadinya kelelahan mental yang ditandai dengan gejala-gejalanya meliputi sakit kepala dan penurunan intelektual, daya konsenrrasi dan kecepatan berfikir. Lebih lanjut semua itu akan dapat menyebabkan kerusakan pada indra penglihatan yang lebih parah.
Menurut Grandjean (1993) penerangan yang tidak didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan penglihatan selama kerja. Pengaruh dan penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan dampak, yaitu:
1. Kelelahan mata sehingga berkurangnya daya dan effisiensi kerja.
2. Kelelahan mental.
3. Keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata.
4. Kerusakan indra mata dan lain-lain.
Selanjutnya pengaruh kelelahan pada mata tersebut akan bermuara kepada penurunan performansi kerja, sebagai berikut:
1. Kehilangan produktivitas
2. Kualitas kerja rendah
3. Banyak terjadi kesalahan
4. Kecelakan kerja meningkat
Intensitas penerangan yang dibutuhkan di masing-masing tempat kerja ditentukan dan jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat ketelitian suatu pekerjaan, maka akan semakin besar kebutuhan intensitas penerangan yang diperlukan, demikian pula sebaliknya. Standar penerangan di Indonesia telah ditetapkan seperti tersebut dalam Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 Tahun 1964, Tentang syarat-syarat kesehatan, kebersihan dan penerangan di tempat kerja. Standar penerangan yang ditetapkan untuk di Indonesia tersebut secara garis besar hampir sama dengan standar internasional. Sebagai contoh di Australia menggunakan standar AS 1680 untuk ‘Interior Lighting‘ yang mengatur intensitas penerangan sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaannya.
(Departemen Kesehatan. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 405/Menkes/SK/XI/2002. www.depkes.go.id
Hicks, Charles. Fundamental Concepts in the Design of Experiments.Florida : Saunders College Publishing. 1993.)
(Daftar pustaka http//google.com>>>>>>pengendalian penerangan di tempat kerja
http://www.mercubuana.ac.id/)
4. Iklim Kerja
Definisi Iklim Kerja
Ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal, keadaan ini memperlambat pekerjaan. Ini adalah respon alami dan fisiologis dan merupakan salah satu alasan mengapa sangat penting untuk mempertahankan tingkat kenyamanan suhu dan kelembaban ditempat kerja. Faktorfaktor ini secara signifikan dapat berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas individu pada pekerja. Sirkulasi udara bersih di ruangan tempat kerja membantu untuk memastikan lingkungan kerja yang sehat dan mengurangi pajanan bahan kimia. Sebaliknya, ventilasi yang kurang sesuai dapat:
 mengakibatkan pekerja kekeringan atau kelembaban yang berlebihan;
 menciptakan ketidaknyamanan bagi para pekerja;
 mengurangi konsentrasi pekerja, akurasi dan perhatian mereka untuk praktek kerja yang aman.
Agar tubuh manusia berfungsi secara efisien, perlu untuk tetap berada dalam kisaran suhu normal. Untuk itu diperlukan iklim kerja yang sesuai bagi tenaga kerja saat melakukan pekerjaan. Iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat panas dari tubuh tenaga kerja
sebagai akibat dari pekerjaannya. Iklim kerja berdasarkan suhu dan kelembaban ditetapkan dalam Kepmenaker No
51 tahun 1999 diatur dengan memperhatikan perbandingan waktu kerja dan waktu
istirahat setiap hari dan berdasarkan beban kerja yang dimiliki tenaga kerja saat bekerja (ringan, sedang dan berat).
(sumber Buku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ILO)
Cara Mengatasi
Ø  Pastikan bahwa posisi dinding dan pembagi ruangan tidak membatasi aliran udara;
Ø  Sediakan ventilasi yang mengalirkan udara di tempat kerja, tanpa meniup langsung pada mereka yang bekerja dekat itu;
Ø  Mengurangi beban kerja fisik mereka yang bekerja dalam kondisi panas dan memastikan mereka memiliki air dan istirahat yang cukup.
(sumber Buku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ILO)



B.     BAHAYA BIOLOGI
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi.

Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik.
Ø  Bahaya infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang potensial mengalaminya : pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll.
Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci
Ø  Bahaya Non-Infeksi
1)       Organisme viable dan racun biogenic.
Organisme viable termasuk di dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment, dll.
Contoh : Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire’s disease
2)       Alergi Biogenik
·         Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim
·         Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang.
·         Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan).
·         Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma.
Contoh : Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb.
v  Virus
Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter. Virus tidak        mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis, HIV, dan sebagainya.
v  Bakteri 
Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu bulat (kokus), lengkung dan batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc, lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan sebagainya.
v  Jamur
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati dan hidup dari organisme atau hewan lain.
v  Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya dengan membawa patogen dari satu inang ke yang lain. Berbagai jenis nyamuk, sebagai contoh, berperan sebagai vektor penyakit malaria yang mematikan. Pengertian tradisional dalam kedokteran ini sering disebut "vektor biologi" dalam epidemiologi dan pembicaraan umum. Dalam terapi gen, virus dapat dianggap sebagai vektor jika telah di-rekayasa ulang dan digunakan untuk mengirimkan suatu gen ke sel targetnya. "Vektor" dalam pengertian ini berfungsi sebagai kendaraan untuk menyampaikan materi genetik seperti DNA ke suatu sel. https://id.wikipedia.org/wiki/Virus
v  Infeksi
Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang potensial mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll.
Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci



   

DAFTAR PUSTAKA
Silalahi, B. N. B. 1991. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. PT Pustaka Binaman Presindo. Jakarta.

Suma’mur PK. 1993. Hygiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Cetakan ke-9. CV Haj i Hasagung. Jakarta.

Suma’mur. Sejarah dan Hari Depan Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja in : Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Toko Gunung Agung. Jakarta. 1996. p:22-25.

Thalib, D. Higene Perusahaan-Industrial Hygiene in: Kebijakan Keseamatan dan Kesehatan Kerja Pertamina. Jakarta. p:1-21.

Buraena, S. Program Kesehatan Lingkungan in: Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. 2004. p:1-5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar